CILACAP - Penampilan garang AR, pemuda penuh tattoo disekujur tubuhnya ini sangat berbanding terbalik dengan tutur kata santun yang keluar dari mulutnya saat dilakukan penggalian data untuk kepentingan penelitian kemasyarakatan di Lapas Khusus Kelas IIA Karanganyar, Nusakambangan, Selasa (26/07/2022).
Kepada pembimbing kemasyarakatan Bapas Kelas II Nusakambangan, warga binaan pemasyarakatan High Risk Karanganyar ini sangat terbuka menceritakan permasalahan, kebutuhan, dan apa yang WBP rasakan pada sesi wawancara tersebut.
Pemuda 21 tahun ini awalnya tak membayangkan bakal dijebloskan di penjara dengan label super maksimum security ini. WBP pindahan Lapas Slawi ini harus mendekam di one man one cell Lapas High Risk Karanganyar dalam waktu cukup lama.
Dalam keterangannya saat dilakukan wawancara litmas, Klien dengan jujur mengakui awalnya sempat kaget dan depresi. Ia tak menyangka pelanggaran yang pernah di lakukan di lapas Slawi berbuntut pemindahan di pulau penjara Nusakambangan.
"Saya sangat menyesal sekali dengan apa yang saya lakukan tahun lalu (melakukan pelanggaran di Lapas Slawi). Saya benar-benar kapok. Awal-awal sangat susah, lama-lama saya bisa beradaptasi, selalu berpikir setiap masalah pasti ada hikmahnya", ujar AR.
Klien tidak pidana penganiayaan ini menambahkan bahwa saat menjalani pembinaan di blok satu kamar satu penghuni tersebut, klien lebih sering instropeksi diri. Klien mengaku memiliki waktu yang cukup banyak untuk memperbaiki hubungannya dengan sang Pencipta.
"Dulu (sebelum tertangkap) boro-boro baca Quran, shalat saja tidak pernah. Justru saat di kamar sendirian, saya mendapatkan hidayah untuk kembali beribadah. Sekarang, alhamdulilah lebih sering berdoa dan bersyukur", tandas AR, pemuda tamatan SD ini.
Melalui penggalian data tersebut, pembimbing kemasyarakatan juga mendapatkan fakta bahwa WBP mengisi waktunya dengan belajar agama lebih dalam lagi. AR mengaku sering berpuasa dan mengirim doa untuk kedua orang tuanya yang telah meninggal.
Pemuda yatim piatu ini juga berharap agar tetap diberikan kesehatan agar kelak bisa kembali membantu neneknya, dan bisa diterima kembali ditengah-tengah masyarakat.
Selain AR, pembimbing kemasyarakatan juga melaksanakan penelitian kemasyarakatan dengan WBP lainnya seperti kasus narkotika, terorisme, pembunuhan maupun tindak pidana yang lain
Dalam revitalisasi pemasyarakatan, penelitian kemasyarakatan atau litmas ini nantinya digunakan untuk kepentingan kebutuhan WBP, penempatan lapas berdasarkan tingkat resiko ataupun penentuan program pembinaan di lapas.
(N.Son/***)